Sunday 23 November 2008

KAPITALISME: SAMPAI BILA PERLU DIPELIHARA?

Banyak yang telah menunjukkan euphoria kemenangan, dengan mengatakan bahawa saat kehancuran ekonomi kapitalis sudah tiba sehingga gringo-gringgo dan komrad-komrad ekonomi sosialis di Amerika Latin dan sisa-sisanya di Eropah Timur, turun ke jalan untuk merayakan euphoria itu.

Hugo Chaves, Presiden Venezuela memimpin langsung perayaan itu di jalan-jalan ibukota Venezuela, bahkan khabarnya menetapkan hari kehancuran kewangan Amerika/Kapitalis yang ditandai dengan likuidasi Lehman Brothers sebagai hari libur nasional.

Betulkah kapitalisme segera menutup usianya? Sejauh manakah kehancurannya?

Pertanyaan ini yang tidak sedikit membuat perdebatan baru di kalangan penentang Kapitalisme. Mereka terbahagi menjadi dua golongan ekstrem; golongan realistik dan golongan militan.


Golongan realistik merasa bahawa kapitalisme terlalu raksasa untuk tumbang, yang akan terjadi akhirnya hanyalah restrukturisasi kapitalisme, di mana akhirnya, kapitalisme tetap akan berdiri tegak tapi wajah dan aromanya telah berganti.

Sementara golongan militan yakin bahwa ekonomi kapitalisme akan hancur-sehancur-hancurnya, seperti hancurnya hegemoni golongan gereja dalam bernegara sebelum revolusi industri di Eropah.

Saya mungkin terlalu lama merenung dan memikirkan ini, sebelum secara jelas mengambil posisi mana; realistik atau militan. Saya mulai percaya bahawa kapitalisme saat ini tidak sekadar hanya sebagai sistem ekonomi, tetapi ia telah menjelma menjadi raksasa yang sangat besar.

Kapitalisme telah menjadi peradaban bagi manusia moden saat ini. Kerana peranannya sudah melintas batas, bukan hanya ada di ranah ekonomi. Tetapi kapitalisme wujud dan membumi di wilayah politik, hukum, budaya dan pendidikan. Tidak salah jika ekonomi digelari sebagai Queen of Science.

Kapitalisme merubah wajah politik monarki dan musyawarah menjadi politik pasar yang kita sebut demokrasi. Pemimpin dipilih melalui mekanisme pasar berdasarkan pertemuan kekuatan demand rakyat dan supply politikus partai politik.

Betul-betul wilayah politik berubah menjadi pasar atau sektor “ekonomi” jenis baru dalam imperium ideologi kapitalisme. Politik tidak menjadi alat pelayanan terhadap rakyat, politik berubah menjadi dahan mencari nafkah, bahkan pembukaan jurusan di perguruan tinggi terkesan berfungsi untuk memenuhi keperluan pekerjaan di wilayah ini.

Pada wilayah hukum, ayat-ayat hukum dirumuskan dan dikembangkan menggunakan paten yang sama dengan apa yang sudah kapitalisme lakukan pada wilayah politik. Ayat-ayat hukum terformulakan berdasarkan kepada keperluan pasar dan kecenderungan pasar. Sampai-sampai, proses hukum mutakhir terkesan hanya berfungsi bagi mereka yang secara ekonomi dipinggirkan. Bagi mereka yang berdiri gagah memegang kendali pasar, para konglomerat dan politikus, hukum tidak memiliki taring.

Bagaimana dengan budaya? Lihatlah, budaya yang bertahan di semua belahan dunia adalah budaya yang diterima dan masuk dalam mekanisme pasar. Budaya yang memiliki nilai jual, memiliki demand di pasar, itulah yang budaya yang bertahan.

Budaya pada lagu menjadi industri yang cukup besar, tapi hampir semuanya bukanlah lagu-lagu pada ajakan kebajikan. Budaya pakaian, industrinya yang berkembang adalah industri yang bersandar pada mekanisme pasar, di mana pasar cenderung meminta pakaian-pakaian berbahan baku terbatas alias pakaian umbar aurat.

Kapitalisme juga jelas terlihat jejaknya di dunia pendidikan. Lihat kurikulum pendidikan, lihat disiplin ilmu dan jurusan-jurusan yang ditawarkan. Lihat dunia pendidikan yang kini perlahan-lahan berubah menjadi industri. Sekolah pada semua peringkat berubah menjadi kilang untuk mengeluarkan manusia-manusia robot atau buruh yang diminta pasar.

Paradigma orang tua terhadap kejayaan anaknya mengacu pada standard-standard kejayaan meterial kapitalisme, sehingga jurusan-jurusan terkemuka/terpandang di perguruan tinggi adalah jurusan-jurusan yang menjanjikan kejayaan kapitalisme.

Jadi, lengkaplah kapitalisme menguasai semua subsistem peradaban manusia. Atau lebih tepatnya kapitalisme itulah peradaban moden ummat manusia saat ini.

Dengan pemahaman seperti ini, mungkin keruntuhan ekonomi Amerika dan Eropah yang saat ini tengah berlangsung, sangatlah prematur untuk dijadikan landasan argumen bahwa kapitalisme akan runtuh.

Kalaupun keruntuhan ekonomi betul terjadi, kapitalisme akan mampu membangun lagi, kerana kapitalisme telah menjadi worldview dalam diri manusia, telah berubah menjadi norma masyarakat, telah melebur dalam kurikulum-kurikulum pendidikan.

Artinya kehancuran kapitalisme secara utuh harus juga diikuti dengan kehancuran generasi dan sistem yang menyokong peradaban kapitalisme.

Dengan demikian, prediksi yang paling logik dari senario kehancuran kapitalisme salah satunya adalah peperangan. Tetapi sebelum itu terjadi, jikapun peradaban kapitalisme harus hancur, sepatutnya telah ada benih generasi dan sistem peradaban penggantinya.

Saat ini yang sangat kuat menjadi calon itu adalah Islam. Sehingga hipotesisnya jika peperangan itu terjadi, adalah peperangan peradaban kapitalisme dan peradaban Islam. Perseteruannya telah nampak saat ini, tetapi entah bila pertempuran final akan terjadi.

Buat rakan-rakan aktivis dakwah, mujahid ekonomi syariah dan para pemerhati, saya yakin terlibat atau tidak terlibat anda dalam “pertarungan” itu, gerbang peradaban Islam ini tetap akan melaju menuju pada tujuannya iaitu mengambil alih kuasa peradaban manusia.

Akan muncul nanti generasi “genuine” Islam yang memiliki kapasiti minimal dan menanggung amanah itu. Generasi inilah sebenarnya yang pula menjadi prerequisite kewujudan ekonomi Islam.

Jalan menuju terbentuknya generasi itu sudah terlihat, lihatlah kebangkitan golongan menengah muslim di banyak negara muslim, semangat keislaman tergambar dalam perilaku pengguna dan produksi serta pembentukan industri-industri ekonomi, buku-buku Islam menjadi buku terlaris, budaya Islam mengkristal pada setiap aspeknya, politik Islam mulai memunculkan kesedaran kebersamaan Islam (ukhuwwah Islamiyah) seiring dengan tumbangnya pemimpin-pemimpin muslim yang otokratik.

Dalam ekonomi negeri-negeri Islam mulai berposisi kuat dan punya bargaining power. Lebih terperinci lagi, keluarga-keluarga muslim mulai mengenalkan Islam kepada anak-anak mereka sejak kecil, mengenalkan baca tulis Al Qur’an, adab Islam, menggunakan nama-nama Islam dan lain sebagainya.

Ya, generasi Islam mulai tumbuh. Sudah dekat masanya bagi putera-puteri Islam akhir zaman untuk menunjukkan keberadaannya. Bersiaplah rakan-rakan, jika anda sudah bersedia maju dalam gerbang peradaban ini, jangan malu-malu, jangan setengah-setengah, wakafkan semua yang kita punya.

Islam tidak akan tegak dengan picnic dan senda-gurau. Mulailah kita berhitung, lebih banyak kita gunakan untuk apa harta, waktu, tenaga dan fikiran kita? Kita bukan hanya sekadar ingin menegakkan ekonomi Islam, yang kita ingin kibarkan adalah panji-panji peradaban Islam.


Oleh sebab itu ia memerlukan ketekunan dan disiplin,memerlukan waktu dan konsentrasi, memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Lebih dari itu, ia memerlukan kebersamaan, memerlukan jemaah yang satu langkah dan satu tujuan. Dan yakinlah itu semua bukanlah beban, itu semua adalah kemuliaan dan kehormatan, yang telah juga diusung oleh generasi Islam mulia terdahulu.

Wallahu a’lam.

No comments: